Monday, July 5, 2010

Memilih adalah Mengambil Pilihan di antara Pilihan-pilihan yang Ada

Saya rasa memang tidak ada salahnya jika orang berkata: hidup itu pilihan. Nyatanya memang dalam menjalani kehidupan, kita sering dihadapi pilihan. Malah di pikiran saya saat ini terlalu banyak pilihan. Setelah mengambil suatu pilihan, ternyata pilihan itu menawarkan pilihan-pilihan lain yang tentunya harus dipilih--buat saya, tidak memilih itu juga berarti memilih--.

Saya beri contoh dalam beragama. Awalnya kita dihadapkan pilihan: percaya Tuhan atau tidak. Ketika memilih percaya, kita dihadapkan pada beragama atau tidak. Pilihan beragama itu menawarkan lagi: Islam, Katolik, Yahudi, dan lain-lain. Setelah memliih Islam, kembali lagi dihadapkan pada pilihan-pilihan lainnya (tanpa bermaksud mengkotak-kotakan). Meskipun kenyataannya, kebanyakan dari kita dalam beragama tidak merasa dalam pilihan. Toh, hampir kebanyakan kita 'dipilihkan' sejak lahir.

Awalnya saya berpendapat bahwa yang penting itu bukanlah ketika kita dihadapkan pilihan dan harus memilih, tapi yang utama adalah bagaimana kita meyakini apa yang telah kita pilih, memperkuatnya, dan menjalankan konsekuensi atas pilihan tersebut. Mungkin bisa dibilang ini salah satu usaha saya dalam mengkonstruksi pikiran sebagai seseorang yang tidak suka menyesal. Namun sepertinya saya mesti mengoreksi pendapat saya. Ternyata, memang semestinya kita tahu pilihan-pilihan yang akan dipilih. Akan lebih baik lagi kita mengetahuinya dengan penuh, termasuk kemungkinan konsekuensi dari pilihan tersebut.

Alasan saya berpikir demikian karena belakangan ini saya sering dilanda keraguan atas pilihan-pilihan yang telah saya lakukan --saya tidak sedang bicara masalah agama--. Nyatanya, saya merasa bahwa saya mesti yakin seyakin-yakinnya pilihan yang saya akan pilih itu adalah yang benar. Mencari tahu lebih banyak dan dengan bersikap adil pada tiap-tiap pilihan seolah-olah menjadi hal yang wajib bagi saya. Namun (lagi), sayangnya, semakin banyak yang saya tahu, semakin besar bimbang yang berkembang. Padahal ada hal-hal dimana tidak ada pilihan untuk "tidak memilih".

Pada akhirnya saya kembali pada pembenaran-pembenaran yang telah saya sebutkan dan menambahkan satu pembenaran lagi: bahwa sebenarnya kita memang 'dicondongkan' pada suatu pilihan karena itu yang harus kita pilih, jalankan, dan pelajari, sehingga kita tahu mana yang benar, mana yang salah.

1 comment:

  1. mungkin kita memang bidak" Tuhan gitu ya, rip
    sengaja dipilihkan jalan olehNya

    ReplyDelete