Monday, February 22, 2010

Janji

Janji adalah instrumen yang memastikan suatu perbuatan tetap dilakukan ketika dorongan awal untuk berbuat itu berkurang atau tiada sama sekali.

Ingatkan saya pada janji-janji saya.

Kalaupun ini adalah waktunya untuk menepati kata-kata saya, izinkan saya turut bahagia atasnya.

Monday, February 15, 2010

Kecewa

Terbakar Cemburu - Padi

aku terbakar cemburu
cemburu buta
tak bisa ku padamkan amarah dihatiku
sakit menahan sakit hati
menyimpan perih
tak bisa ku terima apa yang ku alami

ibaratnya jantung hati
tersayat pedang tajam
betapa sakitnya
ku rasakan itu

dan kini aku tahu ku sangat
begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
mungkin selama ini ku salah
tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku

ku akui ternyata
sakitnya membakar hati
sudah membuatmu pergi
kini hanya tinggalkan luka

begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
mungkin selama ini aku salah
tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku

mungkin selama ini ku salah

***

Begitu mendengar berita Padi mengeluarkan single baru, langsung saja saya tertarik. Begitu mencarinya di indowebster, ternyata sudah ada. Namun, apa yang didapat jauh sekali dari apa yang diharapkan. Jujur saja, sebagai seorang Padikers, begitu kata Rae, lagu yang satu ini merupakan lagu Padi terburuk yang pernah saya dengarkan.

Saya bukanlah orang yang mengerti musik, tapi saya tahu bagaimana menikmati musik. Ketika pertama kali mendengarkan awal lagu ini, saya berharap ada sesuatu yang lebih, tapi ternyata tidak ada apa-apa setelahnya.

Bagian yang paling mengecewakan untuk saya sebagai seorang yang amat memperhatikan lirik adalah lirik yang powerful dan dalam yang biasanya dikandung dalam lagu-lagu Padi --karena liriknya saya jatuh hati pada band ini-- tidak terasa sama sekali, malah seperti curahan hati yang begitu denotasi, layaknya lagu-lagu dari Ungu, D'Masiv, dan band sejenis lainnya.

Semoga saja ini merupakan kesalahan, dan mereka cepat menyadarinya serta membuat perubahan agar album barunya nanti tidak saya sesali saat terlanjur membelinya.

Saturday, February 13, 2010

Self-advising

Perasaan itu apa yang kita pikirkan. Kalau saja mau, kita bisa saja merasakan sesuatu yang semestinya tidak dirasakan. Ketika terjatuh, bisa saja tertawa jika yang ditanamkan dalam pikiran adalah jatuh itu menyenangkan. Namun, kadang kita memang tidak bisa melepaskan diri dari pemikiran yang telah berkembang terlebih dahulu: “jatuh itu sakit, dan kalau sakit, ya, semestinya merasa sedih.” Tiap orang pasti pernah merasa sedih. Sebagian orang memilih tenggelam dalam kesedihan, sebagian lainnya memilih melupakan kesedihan secepatnya.
Berikut beberapa pertimbangan yang mungkin bisa dilakukan ketika sedih itu datang:

1. Hadapi saja.
Percaya saja bahwa sedih itu seperti badai: pasti berlalu. Pasti akan ada masa-masa yang menyedihkan, tapi masa-masa menyenangkan juga akan datang menggantikan. Pasti akan datang kemudahan setelah kesulitan. Daripada meratapinya, lebih baik nikmati saja karena masa itu merupakan bagian dari alur kehidupan yang membentuk diri kita seutuhnya.

2. Jangan lebay.
Ketika sedih itu datang, kadang kita merasa menjadi orang yang paling menderita sedunia. Saat merasa nelangsa melihat foto mantan dengan pacar barunya, ingatlah bahwa di tempat lain ada seorang perempuan yang lebih merana karena ditinggal mati suami yang amat dicintainya. Bukalah mata, di luar sana, juga mungkin di dalam sini, ada orang yang lebih sedih.

3. Ceritakan.
Seperti yang disarankan oleh banyak psikolog, bercerita kepada orang lain, meskipun kadang tidak didengarkan, akan meringankan beban perasaan. Bila malu atau tidak percaya dengan orang lain, ceritakan saja pada dinding, kertas, atau mungkin diri sendiri. Berdialog dengan diri sendiri juga sebenarnya tidak ada salahnya asalkan tidak ketahuan orang lain saat melakukannya. Idealnya, seperti yang disarakan seseorang, bangun malam, kerjakan sholat, dan adukan semuanya kepada Sang Maha Mendengar.

4. Lakukan hal lain.
Saat kesedihan tak bisa lagi dinikmati, melarikan diri dari kesedihan bisa saja dilakukan. Lakukan hal lain yang dapat menyenangkan diri atau ingat akan amanah-amanah yang mesti dilakukan. Jangan membiarkan diri terpuruk terlalu lama dalam kesedihan karena kesedihan akan memupuskan semangat. Ingatlah akan harapan-harapan lain yang masih harus dikejar.

5. Menangislah.
Lakukan ini saat semuanya tak tertahankan. Menangis jauh lebih baik daripada bunuh diri. Tidak perlu malu, karena kita tidak perlu dilihat orang lain ketika melakukannya. Menangis juga dapat dilakukan dimana saja, di dalam kamar, di atas motor, di kamar mandi, saat kuliah, dengan syarat, tentunya: jangan sampai orang lain tahu jika tidak mau malu. Tapi akan lebih baik jika keinginan menangis itu diarahkan sekalian untuk menangisi kesalahan yang telah dilakukan, sebab sebagian dari kita memang enggan menangis untuk alasan seperti itu.

Itulah beberapa masukan yang dapat saya berikan. Namun saya lebih suka menyarankan untuk menggunakan cara yang disebutkan di awal mula seperti kata orang yang baru saja saya tanya:

lavessa_3:
apa yang lo pikirin itu yang lo rasa..
lo ga perlu ngerasa sakit kalo lo gak mau berpikir itu hal yang menyakitkan

Sunday, February 7, 2010

Hati

Hati-hati itu dua hati.
Memberi separuh hati berarti menyimpan setengah hati.
Menutup hati tak berarti tak punya hati.
Membuka hati berarti siap patah hati.
Bermain hati bisa-bisa sakit hati.

Monday, February 1, 2010

Sesuatu yang Tertunda

Lima huruf, berharga tapi sering disia-siakan.
Dari sekian banyak pilihan jawaban: money, cinta, arief (haha), dan lainnya, untuk saya saat ini yang paling tepat: waktu.

Rasanya saya sudah terlalu banyak bermain-main dengan waktu, sengaja membiarkannya berlalu padahal ia tidak pernah berhenti, menunggu.
Majalah yang menurut jadwal saat ini sudah memasuki tahap pengerjaan yang kedua, nyatanya editing untuk tulisan yang pertama saja belum sempurna. Proker di organisasi lainnya yang harus saya pertanggungjawabkan hingga kini tertunda lebih dari satu bulan. Demikian pula usaha saya yang belum meningkat signifikan untuk meraih tiga koma enam meskipun UAS kurang dari dua bulan.

Sementara itu, saya sedang merasa benar-benar tertekan oleh banyak hal yang, di sini, enggan saya ceritakan. Bahkan daftar lagu di ponsel saya, yang saya atur pada mode acak, pun ikut menyindir. Bagaimana tidak, setiap hari selalu diputarkan untuk saya lagu dari Padi dan Iwan Fals yang judulnya sama dengan judul postingan ini, bahkan pernah dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, lagu itu diputar hingga lima kali. Ternyata ponsel saya bisa lebay juga.

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku, menantang sendiriku


Entah kapan semua yang tertunda itu bisa selesai. Tapi yang pasti tulisan ini bisa diposting juga, setelah tertunda beberapa hari tentunya.