Saturday, February 13, 2010

Self-advising

Perasaan itu apa yang kita pikirkan. Kalau saja mau, kita bisa saja merasakan sesuatu yang semestinya tidak dirasakan. Ketika terjatuh, bisa saja tertawa jika yang ditanamkan dalam pikiran adalah jatuh itu menyenangkan. Namun, kadang kita memang tidak bisa melepaskan diri dari pemikiran yang telah berkembang terlebih dahulu: “jatuh itu sakit, dan kalau sakit, ya, semestinya merasa sedih.” Tiap orang pasti pernah merasa sedih. Sebagian orang memilih tenggelam dalam kesedihan, sebagian lainnya memilih melupakan kesedihan secepatnya.
Berikut beberapa pertimbangan yang mungkin bisa dilakukan ketika sedih itu datang:

1. Hadapi saja.
Percaya saja bahwa sedih itu seperti badai: pasti berlalu. Pasti akan ada masa-masa yang menyedihkan, tapi masa-masa menyenangkan juga akan datang menggantikan. Pasti akan datang kemudahan setelah kesulitan. Daripada meratapinya, lebih baik nikmati saja karena masa itu merupakan bagian dari alur kehidupan yang membentuk diri kita seutuhnya.

2. Jangan lebay.
Ketika sedih itu datang, kadang kita merasa menjadi orang yang paling menderita sedunia. Saat merasa nelangsa melihat foto mantan dengan pacar barunya, ingatlah bahwa di tempat lain ada seorang perempuan yang lebih merana karena ditinggal mati suami yang amat dicintainya. Bukalah mata, di luar sana, juga mungkin di dalam sini, ada orang yang lebih sedih.

3. Ceritakan.
Seperti yang disarankan oleh banyak psikolog, bercerita kepada orang lain, meskipun kadang tidak didengarkan, akan meringankan beban perasaan. Bila malu atau tidak percaya dengan orang lain, ceritakan saja pada dinding, kertas, atau mungkin diri sendiri. Berdialog dengan diri sendiri juga sebenarnya tidak ada salahnya asalkan tidak ketahuan orang lain saat melakukannya. Idealnya, seperti yang disarakan seseorang, bangun malam, kerjakan sholat, dan adukan semuanya kepada Sang Maha Mendengar.

4. Lakukan hal lain.
Saat kesedihan tak bisa lagi dinikmati, melarikan diri dari kesedihan bisa saja dilakukan. Lakukan hal lain yang dapat menyenangkan diri atau ingat akan amanah-amanah yang mesti dilakukan. Jangan membiarkan diri terpuruk terlalu lama dalam kesedihan karena kesedihan akan memupuskan semangat. Ingatlah akan harapan-harapan lain yang masih harus dikejar.

5. Menangislah.
Lakukan ini saat semuanya tak tertahankan. Menangis jauh lebih baik daripada bunuh diri. Tidak perlu malu, karena kita tidak perlu dilihat orang lain ketika melakukannya. Menangis juga dapat dilakukan dimana saja, di dalam kamar, di atas motor, di kamar mandi, saat kuliah, dengan syarat, tentunya: jangan sampai orang lain tahu jika tidak mau malu. Tapi akan lebih baik jika keinginan menangis itu diarahkan sekalian untuk menangisi kesalahan yang telah dilakukan, sebab sebagian dari kita memang enggan menangis untuk alasan seperti itu.

Itulah beberapa masukan yang dapat saya berikan. Namun saya lebih suka menyarankan untuk menggunakan cara yang disebutkan di awal mula seperti kata orang yang baru saja saya tanya:

lavessa_3:
apa yang lo pikirin itu yang lo rasa..
lo ga perlu ngerasa sakit kalo lo gak mau berpikir itu hal yang menyakitkan

No comments:

Post a Comment